Aku adalah seorang wanita yang
mungkin bisa dibilang sangat beruntung karena aku telah memiliki seorang suami
yang begitu luar biasa mencintai bahkan menyayangiku sepenuh hidupnya. Namun
sebelumnya inilah ceritaku,
Awalnya
aku berani menumpahkan perasaan ku kepada seorang pria waktu aku dibangku 2
SMA, semenjak itu akupun merasa tak ada arti jika aku tak pacaran. Karena
pergaulan teman-temanku aku berani untuk memiliki tak hanya satu pria. Selama
itu hingga kuliah, aku juga tidak separah teman-temanku hanya sekedarnya saja
aku pacaran, karena menurutku aku hanya ingin cari sensasi.
Dalam
masa keberanianku itu aku sempat akan terbuai oleh pergaulan yang begitu
menakutkan, hatiku tak tenang serta jiwakupun terguncang seolah memiliki hidup
yang begitu tak berarti. Tapi beruntungnya aku, aku bisa hempaskan buaian itu
hingga tak menyentuhku sama sekali, hanya rasa takut waktu itu.
Selama
ini, aku merasa tak nyaman dengan semua pria yang aku miliki. Hingga aku
tersadar dan harus melepaskan semuanya, dan akupun berhasil. Rencana Tuhanpun
sangat lah indah, dimana aku berniat dan sungguh-sungguh ingin setia Dia
berikan aku seorang laki-laki yang luar biasa mencintaiku. Ya, dia adalah calon
imamku.
Sungguh
dia mengajarkan aku banyak hal tentang dunia ini, dari yang paling kecil hingga
paling besar, dari yang paling jahat hingga paling baik. Dia ajarkan aku apa
artinya setia, hingga aku benar-benar sadar bahwa setia untuknya sangatlah
harus diperjuangkan.
Aku
lalui waktuku bersama dengannya, hingga saat dimana dia melamarku dan
menyuntingku. Betapa tenangnya jiwa ini, betapa teduhnya hidup ini saat dia
cium kening ku dan aku cium tangannya. Air mata yang mengalir dari mataku ini
adalah curahan bahagia dan amat bahagia sepanjang sejarah dalam hidupku. Dalam
hatikupun berkata “ Terimakasih Tuhan, kau turunkan pangeran penjaga hatiku
untuk temani aku di dunia dan di surga “
Selalu
dia tak pernah bosan untuk senantiasa membimbingku menjadi istri yang sholehah
dan baik baginya, selalu dia menjaga ku apapun keadaanku, melengkapi semua
kekuranganku, menemaniku dalam setiap keadaan baik suka maupun duka. Sungguh
dia adalah suami yang paling aku cintai.
Hingga
suatu saat, ada hal yang membuat kami bertengkar. Aku ber-coment dengan teman priaku,
aku menjelaskan bahwa tak ada hubungan aku dengan temanku, kami hanya sekedar
bicara dan aku batasi pembicaraan karena aku tau dan ingat tentang suamiku.
Suamiku bilang, temanku itu suka denganku, Suamiku bilang mana kesetiaanku,
Suamiku bilang dia sudah bosan menasehatiku, bosan untuk mengajarkanku banyak
hal tentang dunia ini dan Suamiku bilang jangan lagi bercerita kepadaku tentang
masalahku apapun itu. Betapa hancurnya hatiku ketika itu, hingga dia pergi
untuk pulang ke kampung halamannya. Rasa hati ingin memeluknya dan berkata
“sayang, jangan pergi” tapi, tak bisa aku lakukan. Aku menangis menyesali
kesalahanku yang telah membuat suamiku pergi.
1 bulan
lamanya, aku sendiri dirumah tanpa kabar dari suamiku. Aku berusaha
menghubunginya tapi tidak juga ada jawaban. Hatiku sakit, jiwaku tak berdaya
aku tak bisa ceritakan ini kepada keluargaku aku tak mau mereka bersedih karena
yang mereka tau aku bahagia dengan suamiku.
2 bulan
hingga 6 bulan, sungguh aku benar-benar tak sanggup Tuhan harus jalani ini
semuanya tanpa Suami yang aku banggakan. Tuhan aku rindu suamiku, kembalikan
dia dalam pelukanku bawa dia dalam keadaan percaya padaku.
Berhari-hari
aku sakit, aku tetap berusaha kuat dan selalu menghubungi suamiku meski tak ada
jawaban. Hingga aku mendapatkan sebuah kabar yang bahagia dan kabar yang sangat
mengiris hati ini. Kabar bahagianya adalah suamiku akan pulang besok tapi kabar
buruknya dia pulang bersama wanita yang akan menjadi sahabat ku dirumah,
suamiku akan menikah lagi. Tuhan, apalagi ini aku benar-benar tak sanggup.
Keadaanku
mulai memburuk, tapi aku kuatkan kerena aku tak mau suamiku mencela ku.
Esoknya, aku sambut suamiku dengan salam hangat, dia berdiri di depan pintu dan
tangannya digandeng oleh wanita lain. Aku cium tangannya, aku cium kakinya
sebagai tanda hormatku padanya. Namun, apa yang terjadi suamiku mengacuhkanku
meninggalkanku terbungkuk setelah mencium kakinya, dia pergi seraya berkata
“mulai malam ini aku akan tidur bersama dengan istriku yang baru” Tuhan aku
sungguh tak kuat, suamiku menatap aku saja tidak.
Aku
terbangun di tengahnya malam, aku pasrahkan diri aku tumpahkan semua yang aku
rasa pada Tuhan. Malam ini, suamiku tidur dengan wanita lain, aku sepi aku
rindu akan hangatnya tentang suamiku. Aku benar-benar tak tahan lagi, aku
benar-benar tak kuat lagi Tuhan dalam sujudku aku lepaskan diriku.
Untukmu
Suamiku Tercinta
Untukmu
Ayahku Terkasih
Indahnya,
saat aku bisa mendapatkanmu sayang...
Indahnya,
saat aku bisa kau miliki seutuh hidupku sayang...
Suamiku,
maafkan aku jika aku telah membuatmu marah hingga kau memutuskan untuk pergi
meninggalkan ku sendiri dirumah ini.
Maafkan
aku suamiku, aku tak berniat untuk tak setia kepadamu. Pria itu hanya lah teman
biasa dan dia talah punya keluarga sendiri. Kami hanya mengobrol dan setelah
itu aku tinggalkan karena aku ingat akan engkau wahai Suamiku. Aku belajar
dunia karenamu dan aku belajar setia karena mu. Tidakkah kau tau suamiku hal
itu? Aku mencintaimu dan aku setia terhadapmu hingga ujungnya usiaku, hingga
aku tak bisa lagi memegang pipimu.
Selama
engkau pergi, aku menahan sakitnya tubuhku bukan hanya tubuh bahkan jiwakupun
ikut merasakan sakitnya hati ini. Aku sengaja tidak berobat karena aku takut
tiba-tiba- engkau pulang dan aku tidak ada dirumah. Sehingga aku memutuskan
untuk tidak keluar rumah selama engkau pergi. Magh akut yang aku derita semakin
menjadi Sayang. Aku hubungi engkau tapi tak ada jawab darimu, kamu kemana Ayah?
Ayah
aku rindu akan semua tentangmu, nasehatmu. tapi, mengapa engkau bosan
menasehatiku? bahkan cerita yang aku kirimkan sewaktu kau pergi tak pernah kau
baca. Kemana suamiku yang dulu? yang selalu ada dan selalu mengisi,
mendengarkan segala nya dariku?
Sayang,
hatiku begitu hancur ketika kau datang bersama wanita lain yang akan menjadi sahabatku
dirumah kita, aku setia kepadamu hingga aku rela menunggu mu pulang. Tapi,
mengapa Ayah, mengapa kau tega lakukan ini padaku yang telah memberikan
kesetiaan ini padamu?
Tidakkah engkau ingat sayang,
ketika aku mencium tangan dan kakimu pertama kali, kau pegang pundakku dan
menuntunku berdiri, kau cium keningku kau gendong aku masuk kedalam kamar.
Ayah, aku kangen dipanggil Bunda.
Kata yang selalu Ayah ucapkan setiap saat.
Ayah, jika ini adalah hal
terakhir dari bunda,, bunda hanya minta selalu ingat bunda ya? Dan jadilah Ayah
seperti dulu untuk Bunda.
Bunda
kangen kamu Ayah, Suamiku.
Istriku,
Bundaku meninggal dalam keadaan sujud tenangnya. Ketika tengah malam itu aku
terbangun, entah apa yang membuatku terbangun. Hanya aku merasa sungguh dan
amat bersalah telah menelantarkannya, aku hampiri Bunda dan aku dapatkan dia
telah tiada. Aku angkat Bundaku, aku pangku jasadnya aku tatap wajahnya yang
cantik, anggun seperti bidadari. Hingga aku melihat di ranjang tempat tidur ada
beberapa kertas, itu adalah cerita dan curahan hati istriku yang sholehah dan
setia, disitu air mataku tak henti-hentinya mengalir, aku menangis sembari
terus kecup keningnya,bibirnya. Aku peluk tubuh kaku istriku. Aku menyesal,,
Hingga
saat ini, aku suami yang bodoh menyia-nyiakan kesetiaan yang telah terukir
dalam hidupku.
Bunda..
Tunggu Ayah sayang, Ayah akan menyusul Bunda, temani Bunda disana.