Minggu, 26 Januari 2014

CERITA HARU-DARI SETIAKU UNTUKMU SUAMIKU

Aku adalah seorang wanita yang mungkin bisa dibilang sangat beruntung karena aku telah memiliki seorang suami yang begitu luar biasa mencintai bahkan menyayangiku sepenuh hidupnya. Namun sebelumnya inilah ceritaku,
                Awalnya aku berani menumpahkan perasaan ku kepada seorang pria waktu aku dibangku 2 SMA, semenjak itu akupun merasa tak ada arti jika aku tak pacaran. Karena pergaulan teman-temanku aku berani untuk memiliki tak hanya satu pria. Selama itu hingga kuliah, aku juga tidak separah teman-temanku hanya sekedarnya saja aku pacaran, karena menurutku aku hanya ingin cari sensasi.
                Dalam masa keberanianku itu aku sempat akan terbuai oleh pergaulan yang begitu menakutkan, hatiku tak tenang serta jiwakupun terguncang seolah memiliki hidup yang begitu tak berarti. Tapi beruntungnya aku, aku bisa hempaskan buaian itu hingga tak menyentuhku sama sekali, hanya rasa takut waktu itu.
                Selama ini, aku merasa tak nyaman dengan semua pria yang aku miliki. Hingga aku tersadar dan harus melepaskan semuanya, dan akupun berhasil. Rencana Tuhanpun sangat lah indah, dimana aku berniat dan sungguh-sungguh ingin setia Dia berikan aku seorang laki-laki yang luar biasa mencintaiku. Ya, dia adalah calon imamku.
                Sungguh dia mengajarkan aku banyak hal tentang dunia ini, dari yang paling kecil hingga paling besar, dari yang paling jahat hingga paling baik. Dia ajarkan aku apa artinya setia, hingga aku benar-benar sadar bahwa setia untuknya sangatlah harus diperjuangkan.
                Aku lalui waktuku bersama dengannya, hingga saat dimana dia melamarku dan menyuntingku. Betapa tenangnya jiwa ini, betapa teduhnya hidup ini saat dia cium kening ku dan aku cium tangannya. Air mata yang mengalir dari mataku ini adalah curahan bahagia dan amat bahagia sepanjang sejarah dalam hidupku. Dalam hatikupun berkata “ Terimakasih Tuhan, kau turunkan pangeran penjaga hatiku untuk temani aku di dunia dan di surga “
                Selalu dia tak pernah bosan untuk senantiasa membimbingku menjadi istri yang sholehah dan baik baginya, selalu dia menjaga ku apapun keadaanku, melengkapi semua kekuranganku, menemaniku dalam setiap keadaan baik suka maupun duka. Sungguh dia adalah suami yang paling aku cintai.
                Hingga suatu saat, ada hal yang membuat kami bertengkar. Aku ber-coment dengan teman priaku, aku menjelaskan bahwa tak ada hubungan aku dengan temanku, kami hanya sekedar bicara dan aku batasi pembicaraan karena aku tau dan ingat tentang suamiku. Suamiku bilang, temanku itu suka denganku, Suamiku bilang mana kesetiaanku, Suamiku bilang dia sudah bosan menasehatiku, bosan untuk mengajarkanku banyak hal tentang dunia ini dan Suamiku bilang jangan lagi bercerita kepadaku tentang masalahku apapun itu. Betapa hancurnya hatiku ketika itu, hingga dia pergi untuk pulang ke kampung halamannya. Rasa hati ingin memeluknya dan berkata “sayang, jangan pergi” tapi, tak bisa aku lakukan. Aku menangis menyesali kesalahanku yang telah membuat suamiku pergi.
                1 bulan lamanya, aku sendiri dirumah tanpa kabar dari suamiku. Aku berusaha menghubunginya tapi tidak juga ada jawaban. Hatiku sakit, jiwaku tak berdaya aku tak bisa ceritakan ini kepada keluargaku aku tak mau mereka bersedih karena yang mereka tau aku bahagia dengan suamiku.
                2 bulan hingga 6 bulan, sungguh aku benar-benar tak sanggup Tuhan harus jalani ini semuanya tanpa Suami yang aku banggakan. Tuhan aku rindu suamiku, kembalikan dia dalam pelukanku bawa dia dalam keadaan percaya padaku.
                Berhari-hari aku sakit, aku tetap berusaha kuat dan selalu menghubungi suamiku meski tak ada jawaban. Hingga aku mendapatkan sebuah kabar yang bahagia dan kabar yang sangat mengiris hati ini. Kabar bahagianya adalah suamiku akan pulang besok tapi kabar buruknya dia pulang bersama wanita yang akan menjadi sahabat ku dirumah, suamiku akan menikah lagi. Tuhan, apalagi ini aku benar-benar tak sanggup.
                Keadaanku mulai memburuk, tapi aku kuatkan kerena aku tak mau suamiku mencela ku. Esoknya, aku sambut suamiku dengan salam hangat, dia berdiri di depan pintu dan tangannya digandeng oleh wanita lain. Aku cium tangannya, aku cium kakinya sebagai tanda hormatku padanya. Namun, apa yang terjadi suamiku mengacuhkanku meninggalkanku terbungkuk setelah mencium kakinya, dia pergi seraya berkata “mulai malam ini aku akan tidur bersama dengan istriku yang baru” Tuhan aku sungguh tak kuat, suamiku menatap aku saja tidak.
                Aku terbangun di tengahnya malam, aku pasrahkan diri aku tumpahkan semua yang aku rasa pada Tuhan. Malam ini, suamiku tidur dengan wanita lain, aku sepi aku rindu akan hangatnya tentang suamiku. Aku benar-benar tak tahan lagi, aku benar-benar tak kuat lagi Tuhan dalam sujudku aku lepaskan diriku.
                Untukmu Suamiku Tercinta
                Untukmu Ayahku Terkasih
                Indahnya, saat aku bisa mendapatkanmu sayang...
                Indahnya, saat aku bisa kau miliki seutuh hidupku sayang...
                Suamiku, maafkan aku jika aku telah membuatmu marah hingga kau memutuskan untuk pergi meninggalkan ku sendiri dirumah ini.
                Maafkan aku suamiku, aku tak berniat untuk tak setia kepadamu. Pria itu hanya lah teman biasa dan dia talah punya keluarga sendiri. Kami hanya mengobrol dan setelah itu aku tinggalkan karena aku ingat akan engkau wahai Suamiku. Aku belajar dunia karenamu dan aku belajar setia karena mu. Tidakkah kau tau suamiku hal itu? Aku mencintaimu dan aku setia terhadapmu hingga ujungnya usiaku, hingga aku tak bisa lagi memegang pipimu.
                Selama engkau pergi, aku menahan sakitnya tubuhku bukan hanya tubuh bahkan jiwakupun ikut merasakan sakitnya hati ini. Aku sengaja tidak berobat karena aku takut tiba-tiba- engkau pulang dan aku tidak ada dirumah. Sehingga aku memutuskan untuk tidak keluar rumah selama engkau pergi. Magh akut yang aku derita semakin menjadi Sayang. Aku hubungi engkau tapi tak ada jawab darimu, kamu kemana Ayah?
                Ayah aku rindu akan semua tentangmu, nasehatmu. tapi, mengapa engkau bosan menasehatiku? bahkan cerita yang aku kirimkan sewaktu kau pergi tak pernah kau baca. Kemana suamiku yang dulu? yang selalu ada dan selalu mengisi, mendengarkan segala nya dariku?
                Sayang, hatiku begitu hancur ketika kau datang bersama wanita lain yang akan menjadi sahabatku dirumah kita, aku setia kepadamu hingga aku rela menunggu mu pulang. Tapi, mengapa Ayah, mengapa kau tega lakukan ini padaku yang telah memberikan kesetiaan ini padamu?
Tidakkah engkau ingat sayang, ketika aku mencium tangan dan kakimu pertama kali, kau pegang pundakku dan menuntunku berdiri, kau cium keningku kau gendong aku masuk kedalam kamar.
Ayah, aku kangen dipanggil Bunda. Kata yang selalu Ayah ucapkan setiap saat.
Ayah, jika ini adalah hal terakhir dari bunda,, bunda hanya minta selalu ingat bunda ya? Dan jadilah Ayah seperti dulu untuk Bunda.
Bunda kangen kamu Ayah, Suamiku.
                Istriku, Bundaku meninggal dalam keadaan sujud tenangnya. Ketika tengah malam itu aku terbangun, entah apa yang membuatku terbangun. Hanya aku merasa sungguh dan amat bersalah telah menelantarkannya, aku hampiri Bunda dan aku dapatkan dia telah tiada. Aku angkat Bundaku, aku pangku jasadnya aku tatap wajahnya yang cantik, anggun seperti bidadari. Hingga aku melihat di ranjang tempat tidur ada beberapa kertas, itu adalah cerita dan curahan hati istriku yang sholehah dan setia, disitu air mataku tak henti-hentinya mengalir, aku menangis sembari terus kecup keningnya,bibirnya. Aku peluk tubuh kaku istriku. Aku menyesal,,
                Hingga saat ini, aku suami yang bodoh menyia-nyiakan kesetiaan yang telah terukir dalam hidupku.
                Bunda.. Tunggu Ayah sayang, Ayah akan menyusul Bunda, temani Bunda disana.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar